Kabar Terkini

Kamis, 23 September 2010

KISAH KHALIFAH HISYAM BIN ABDUL MALIK DAN SEORANG ULAMA

KISAH KHALIFAH HISYAM BIN ABDUL MALIK DAN SEORANG ULAMA


Nama Hisyam bin abdul malik sangat di takuti oleh para pemimpin-pemimpin Barat kususnya Eropa. Khalifah kesepuluh dari Bani Umayyah hampir 20 tahun memimpim dan sering melakukan perluasan kekuasaan sampai ke Eropa dan Romawi.

Ketika masih menjabat Gubernur Hisyam bin abdul malik melakukan perjalanan Dinas menuju kota Suci Mekkah dengan menggunakan fasilitas Negara . Rombongan dalam jumlah besar temasuk didalamnya para sanak keluarga dan para pengawalnya. Sesampainya di kota Mekkah Gubernur Hisyam bin abdul malik sangat ingin bertemu dengan Sahabat Rosul yang masih hidup, namun sangat di sayangkan Sahabat Rosululloh SAW yang terakhir telah meninggal dunia tak lama Gubernur Hisyam menginjakkan kakinya di Kota Suci Mekkah. Hisyam bin abdul malik terkenal pribadinya yag suka menerima pendapat dam masukan dari para Ulama.

Karena sahabat Rosul yang terakhir telah meninggal ,akhirnya para pengawalnya menghadirkan Sosok Tabi’in ( generasi ulama setelah sahabat ) sebagai gantinya untuk dipertemukan dengan Gubernur Hisyam bin abdul malik.

Tabi’in tersebut bernama Thawus al Yamani, dengan gayanya yang cuek dan santai , Thawus menghadap sang Gubernur di tenda peristirahatannya yang terhampar permadani berwarna merah yang sangat Mewah , Thawus melepaskan sandalnya ketika akan menginjak permadani berwarna merah tersebut , dengan gayanya yang cuek tanpa basa basi , Thawus hanya mengucapkan “Assalamualikum” lalu duduk di sebelah Sang Gubernur sambil berkata “apa kabarmu Hisyam…..??? Memperhatikan tingkah laku Thawus tersebut membuat marah sang Gubernur, Thawus dianggap meremehkan dirinya selaku Gubernur, Pertama Masuk dengan melepas sandalnya dekat permadani merah singgasana Gubernur, Kedua Hanya mengucapkan salam tanpa mengucapkan salam ta’zhim ( salam agung ) kepada seorang Gubernur, Ketiga memanggil namannya tanpa Gelar dan Kunniyah . Gubernur Hisyam bin abdul malik berdiri dan mengacungkan pedangnya ingin menebas leher Thawus yang dianggap telah menghina petinggi kerajaan , Namun Cepat –cepat Thawus mencegahnya “ Sabar Hai Hisyam…..Engkau sedang berada di Tanah suci Alloh , demi tempat yang suci dan mulia ini engkau tidak boleh melakukan hal yang buruk termasuk membunuhku” .Bagaimana aku tidak marah dengan perlakuanmu yang telah menghina seorang gubernur” jawab Hisyam.

Wahai Hisyam , aku lepas sandalku karena aku juga melepas sandalku 5 kali sehari untuk melakukan sholat dan Alloh pun tidak marah dan murka atas perbuatanku mengapa kau sebagai hamba Alloh harus marah ???? Aku tidak mengucapkan salam Tazhim ( salam Agung ) dengan kata kata Amirul mu’minin, karena tidak semua orang senang atas kepemimpinannmu untuk itu aku tidak mau berbohong!!!! Aku memanggil namamu tanpa gelar kebesaran dan Kuniyyah karena para kekasih Alloh di sebut di dalam Alquran di pangil namanya tanpa Gelar seperti Ya Isa, Ya Daud , Ya Ibrohim justru Alloh memanggil Musuh-musuh Alloh dengan sebutan Gelar dan Kuniyyah seperti “Abu Lahab” dan Aku duduk di sampingmu karena aku pernah mendengar Sayyidana Ali pernah berkata “kalau kau ingin melihat Calon penghuni neraka ..maka lihatlah orang yang duduk sementara orang sekitarnya berdiri.

Hisyam yang tadinya Marah mendengar Nasihat Thawus pun menangis dan menyesali atas kesombongannya selama ini. Semenjak kejadian itu Hisyampun menjadi sosok pemimpin yang Tawadhu dan selalu menerima masukan dan kritik dari berbagai pihak. Dan Hisyam selalu minta nasihat dari para ulama agar Dia bias mnenjadi pemimpin yang adil .